Skip to main content

Mau UANG?? Kirim artikel yang berkaitan dengan niche Blog Info Corner DISINI. Artikel/tulisan yang disetujui akan dapat imbalan uang, atau dapat ditukar dengan pemberian Backlink Nofollow dari Kami.

×

Depresi dan Bunuh Diri di China Meningkat Selama Sekolah Tutup, Apa Sebabnya?

Depresi dan Bunuh Diri di China Meningkat Selama Sekolah Tutup, Apa Sebabnya?
Student

Depresi dan Bunuh Diri di China Meningkat Selama Sekolah Tutup, Apa Sebabnya?

Pandemi Covid-19 membawa dampak pada bidang pendidikan. Sistem belajar di rumah dan kebijakan menutup sekolah diterapkan di setiap institusi pendidikan. Data statistik menunjukkan gangguan mental meningkat selama pandemi ini. Saat sekolah ditutup, siswa lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dengan lingkungan yang beragam.

Entah mereka mendapat lingkungan toxic ataupun lingkungan yang justru mendukung, sekolah tatap muka tetap banyak dirindukan para siswa. Ternyata, dampak belajar di rumah ini cukup besar. Bahkan, depresi dan bunuh diri di China meningkat selama ditutupnya sekolah-sekolah. Lantas, sebenarnya apa penyebab hal ini?

Sebuah Studi dari Jama Network

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Jama Network meneliti tentang perbandingan kesehatan mental sebelum pandemi dan selama pandemi. Mereka melaporkan data sejak November 2019 sampai dengan Mei 2020 saat sekolah di China baru dibuka kembali. Hal mencengangkan terbukti bahwa banyak siswa sekolah dasar di China disebutkan mengalami depresi.

Seperti yang diketahui, virus Corona pertama kali melanda Wuhan, China pada Januari 2020 lalu. Kebijakan dari kementerian pendidikan di China pun menetapkan untuk menutup sekolah dan menunda semester sampai akhir April 2020. Bagi para pelajar, tentu keputusan ini sangat mengecewakan. Mereka tidak bisa bermain dengan teman-teman saat sedang masa asyik-asyiknya berteman.

Jaringan komunikasi pun terputus begitu saja. Hal ini tampaknya akan berdampak pada kesehatan mental para siswa. Sebuah peneliti dilakukan oleh Anhui Medical University. Mereka melakukan survei terhadap 1241 siswa kelas 4 SD sampai dengan kelas 8 SMP. Survei ini dilakukan apadaya para pelajar di Hangzhou, Provinsi Anhui. Perlu diketahui, daerah ini tidak memiliki banyak kasus covid-19.

Hasil Survei Peneliti

Berdasarkan survei, para peneliti mendapatkan data bahwa hampir 25 persen siswa yang menjadi responden penelitian, mengalami depresi gejala sementara. Berbeda dengan sebelum Covid-19, pada November 2019 lalu, gejala depresi hanya dialami oleh 19 persen siswa.Selain itu, survei mereka memberikan data upaya bunuh diri meningkat 2 kali lipat. Yang pada mulanya 3 persen, pada Mei 2020 menjadi 6,4 persen.

Nah loh, sebuah fakta yang mencengangkan bukan? Ditambah lagi kecemasan yang terjadi di masa pandemi ini meningkat drastis. Hal ini disebabkan karena kurangnya interaksi. Siswa menjadi kurang percaya diri ketika belajar di rumah, rasa cemas akan salah mengerjakan tugas bisa meningkat. Selain itu, cemas bisa terjadi akibat tidak pahamnya seseorang saat menerima pelajaran.

Tindakan yang Perlu Dilakukan Pihak Sekolah

Mendengar informasi hasil survei ini, siapa yang tidak khawatir dengan kondisi kesehatan mental para pelajar, khususnya di China. Ternyata upaya bunuh diri saja meningkat dua kali lipat. Padahal, hal tersebut sangat jarang dilakukan ketika kondisi normal. Upaya bunuh diri biasanya hanya terjadi pada orang dengan gangguan mental yang berat.

Sementara itu, kondisi kesehatan mental yang memprihatinkan hampir dirasakan sejumlah siswa tersebut. Misalnya saja saat di rumah lebih banyak menyendiri dan kurang interaksi. Ditambah lagi dengan banyaknya beban tugas yang terkadang memicu stress. Diliputi rasa cemas tentang benar atau tidaknya pekerjaan tersebut, siswa lebih sering mengalami gangguan kesehatan mental.

Untuk itu, sekolah perlu menyiapkan layanan kesehatan mental. Hal ini ditujukan untuk membantu mereka saat bersekolah kembali. Berdasarkan penelitian tadi, isolasi mandiri mengakibatkan sering terganggunya mental seseorang. Nah, sebisa mungkin saat sekolah normal kembali, pihak sekolah juga harus mengembalikan keceriaan para siswa seperti biasanya.

Tips Mencegah dan Mengatasi Kesehatan Mental

Meninjau bahasanya kesehatan mental bisa berakibat fatal melakukan upaya bunuh diri, kamu harus memahami cara mencegah gangguan mental. Setiap kondisi bisa memicu terganggunya kesehatan mental. Bisa dalam keadaan tertekan ataupun sedih terus menerus, kondisi seperti itu sangat tidak baik bagi kesehatan mentalmu. Nah, berikut ini hal-hal yang harus kamu lakukan untuk mencegah gangguan mental.

1. Beraktivitas secara Aktif

Saat pandemi, kamu memang dianjurkan untuk beraktivitas di rumah dan melakukan seluruh kegiatan dari rumah. Kamu pasti akan berpikiran aktivitas aktif seperti apa yang harus dilakukan di masa pandemi ini? Kamu tetap bisa melakukan olahraga ringan lho! Misalnya dengan sekadar jogging di halaman rumah atau lingkungan sekitar saja.

Tentu lingkungan tersebut dipastikan terhindar dari penularan covid-19. Selain olahraga, kamu bisa berkebun atau merawat tumbuhan. Kegiatan ini bisa mengisi waktu luang sembari menghirup udara segar di luar rumah.

2. Membantu Orang Lain

Salah satu yang tak kalah penting hubungannya dengan kesehatan mental adalah saat kamu mau membantu orang lain. Di masa pandemi ini memang banyak sekali orang yang membutuhkan bantuan. Baik itu berupa makanan, dana, maupun masker dan hand sanitizer.

Membantu orang lain akan meningkatkan empati. Dengan begitu, kamu bisa merasakan penderitaan yang dialami orang lain. Alhasil, kamu menjadi seorang yang lebih bersyukur dan jarang mengeluh. Akhirnya juga kamu bisa berdamai dengan diri sendiri atas segala kondisi yang terjadi di sekitarmu.

3. Selalu Berpikiran Positif

Jika kamu tak sanggup menyimak berita pertambahan kasus Covid-19 setiap hari kamu bisa mengisi aktivitas sesuai hobi agar tetap berpikiran positif. Pikiran positif sangat penting mengawal dirimu. Sebab, dengan pikiran, seluruh anggota ubah senantiasa bekerja sesuai apa yang diinstruksikan oleh otak.

Selalulah memiliki pikiran positif. Sudah pasti kamu terhindar dari overthinking yang bisa memicu gangguan mental berupa kecemasan menghadapi hari esok. Berpikiran positif juga bisa memberikan aura bahagia bagi orang lain. Dengan begitu, di masa pandemi ini kamu bisa memberikan aura positif tersebut.

4. Membangun Hubungan Baik dengan Orang Lain

Meskipun pandemi, kamu tetap bisa berkomunikasi. Dengan meeting virtual atau video call kamu bisa berbicara langsung dengan teman. Interaksi seperti ini memang terdengar kurang menyenangkan. Namun, cara ini bisa mengobati rasa rindu kepada teman. Jangan terus menerus menyendiri yang bisa memicu terjadinya gangguan mental.

Bangunlah hubungan baik dengan orang lain meskipun jarak jauh. Hindari melontarkan ujaran kebencian ataupun kalimat yang bersifat merendahkan. Di masa pandemi, yang ada hanyalah sikap saling mendukung satu sama lain.

5. Tidur yang Cukup

Istirahat sangat bermanfaat bagi tubuh. Penelitian sudah membuktikan untuk tidur selama 6-8 jam dalam satu hari. Hal tersebut bertujuan agar tubuh memiliki waktu istirahat yang cukup. Sebab, jika kurang, tubuh akan mudah sakit dan stamina menurun.

Hubungannya dengan kondisi mental, saat kamu hanya begadang tanpa melakukan suatu produktivitas, kamu akan terpicu berpikiran berlebihan. Padahal, pikiran berlebihan tidak baik untuk kesehatan mentalmu. Sebaiknya kamu banyak beristirahat jika memang sudah lelah. Kemudian kembali merefresh pikiran untuk menjalani hari esok dengan lebih baik lagi.

Jika kasus depresi dan upaya bunuh diri di China meningkat, jangan sampai kamu terdampak gangguan mental. Upaya pencegahan bisa kamu lakukan dengan mengisi hari dengan aktivitas positif. Salam sehat mental! Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!